Sepak bola India telah menghadapi serangkaian penampilan mengecewakan dalam beberapa tahun terakhir, yang menyoroti penurunan nasib olahraga ini.
Timnas senior gagal lolos ke putaran ketiga kualifikasi Piala Duniasebuah kemunduran signifikan bagi negara yang dijuluki “Brasil Asia” karena gaya permainan dan prestasinya yang berubah-ubah.
Menambah kesengsaraan, keduanya Tim U-17 dan U-20 tidak lolos ke Piala Asiameskipun ditempatkan dalam kelompok yang relatif mudah.
Penghinaan ini meluas hingga ke turnamen Federasi Sepak Bola Asia Selatan (SAFF), di mana tim-tim India di semua kategori kesulitan untuk mencetak prestasi.
Kegagalan baru-baru ini adalah akibat dari permasalahan yang lebih mendalam yang mengganggu sepak bola India. Untuk memahami keadaan saat ini, penting untuk menyelidiki alasan di balik penurunan ini dan menelusuri konteks sejarah, mulai dari pembentukan Federasi Sepak Bola Seluruh India (AIFF).
Federasi Sepak Bola Seluruh India (AIFF) didirikan pada tahun 1937, pada masa ketika sepak bola mulai populer di India, sebagian besar karena pengaruh Inggris dan Angkatan Darat Inggris, yang membantu menyebarkan olahraga ini ke seluruh negeri.
Era Keemasan Sepak Bola India
Tahun 1950-an dan 1960-an kerap dianggap sebagai era keemasan sepak bola India. Selama periode ini, India memenangkan medali emas di Asian Games pada tahun 1951 dan 1962. Pelatih kepala India yang paling sukses adalah Syed Abdul Rahim, yang memimpin tim meraih kemenangan ini dan juga mencapai finis keempat yang luar biasa di Olimpiade Musim Panas 1956.
Piala Dunia dan peluang yang hilang
Pada tahun 1948, India berpartisipasi dalam Olimpiade London dan kalah tipis dari Prancis dalam pertandingan sistem gugur yang ketat, dengan skor 2-1. Dua tahun kemudian, India diundang untuk berpartisipasi dalam Piala Dunia FIFA 1950 di Brasil.
Ini merupakan peluang yang signifikan, karena turnamen ini hanya menampilkan 16 tim, dan India adalah satu-satunya perwakilan dari Asia.
Namun, India memilih untuk tidak berpartisipasi, dengan alasan seperti tingginya biaya perjalanan ke Brasil, kurangnya waktu persiapan, dan preferensi untuk memprioritaskan Olimpiade daripada Piala Dunia.
Dari tahun 1952 hingga 1982, ada tujuh Piala Dunia, namun AIFF secara konsisten memilih untuk tidak mengirimkan tim India ke turnamen tersebut. Federasi menganggap Piala Dunia kurang penting dan malah fokus pada Olimpiade.
Selama periode ini, negara-negara lain memperoleh pengalaman dan paparan yang berharga dengan berkompetisi di Piala Dunia yang sangat kompetitif, sementara India kehilangan peluang-peluang penting ini, sehingga menyebabkan hilangnya keunggulan kompetitif mereka secara signifikan.
Ketika AIFF akhirnya memutuskan mengirim tim India ke kualifikasi Piala Dunia 1986, lanskap sepak bola internasional berubah drastis.
Dengan 121 negara yang berpartisipasi, persaingan menjadi lebih ketat dari sebelumnya. Sayangnya, para pemain India tidak memiliki pengalaman internasional yang dimiliki negara-negara Asia lainnya selama bertahun-tahun, sehingga menyulitkan mereka untuk bersaing secara efektif di panggung global.
Era Pasca-Rahim
Setelah era keemasan di bawah kepemimpinan Syed Abdul Rahim, pintu putar pelatih, dengan sekitar 40 individu berbeda mengambil peran tersebut. Kurangnya kesinambungan dan konsistensi kepemimpinan semakin berkontribusi terhadap menurunnya kinerja dan
perkembangan.
Apalagi AIFF tidak pernah menyusun visi strategis untuk membina pelatih nasional. Hal ini terbukti dari fakta bahwa India saat ini hanya memiliki 26 pelatih berlisensi Pro (Selama 40 tahun berikutnya, tim nasional berterima kasih kepada 12 pelatih yang menyelesaikan kursus Diploma pro-lisensi AFC awal pekan ini) yang menyoroti kesenjangan yang signifikan dalam pembinaan. keahlian dan pengembangan.
Kebangkitan Kriket dan Kemunduran Sepak Bola: Kisah Dua Olahraga
Kemenangan India di Piala Dunia Kriket tahun 1983 menandai titik balik dalam lanskap olahraga negara tersebut. Kemenangan tersebut tidak hanya membawa kebanggaan besar tetapi juga melambungkan popularitas kriket yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kebangkitan kriket secara signifikan didukung oleh kehadirannya di televisi, yang menarik imajinasi jutaan pemirsa.
Semua kepentingan komersial dan penyiaran tertarik pada kriket, meninggalkan sepak bola dalam bayang-bayang. Sejak tahun 1984, tim sepak bola India gagal lolos ke Piala Asia AFC selama 27 tahun berikutnya, sehingga membuat penonton India kehilangan kesempatan untuk melihat pemain mereka berkompetisi di turnamen besar.
Keputusan AIFF untuk tidak mengirimkan tim ke Piala Dunia semakin memperparah masalah ini, karena sepak bola India kehilangan kesempatan dan pengalaman yang didapat dari berpartisipasi dalam turnamen bergengsi tersebut.
acara.
Akibatnya, AIFF tidak pernah mendapatkan pendapatan penyiaran yang dinikmati oleh Dewan Pengawas Kriket di India (BCCI). Kurangnya aliran dana masuk menghambat pembangunan infrastruktur dan fasilitas untuk sepak bola, yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan fasilitas canggih yang tersedia untuk kriket.
Akibatnya, AIFF harus sangat bergantung pada dukungan pemerintah, serta dana dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan FIFA, untuk mempertahankan operasinya.
Perjuangan Struktur Liga Nasional India
Struktur liga nasional India juga memainkan peran penting dalam kemunduran sepak bola di negara tersebut. Hingga tahun 1996, India tidak memiliki liga nasional, sehingga sangat membatasi perkembangan olahraga ini.
Pengenalan National Football League (NFL) pada tahun 1996 merupakan sebuah langkah maju, namun memiliki kekurangan. Liga ini hanya menampilkan 12 tim dan dimainkan hanya dalam rentang waktu tiga bulan, tanpa sistem promosi atau degradasi berdasarkan kinerja.
Hal ini sangat kontras dengan liga-liga Eropa, yang beroperasi hampir sepuluh bulan dalam setahun, memberikan pemain pengalaman pertandingan yang luas dan mempertahankan keunggulan kompetitif mereka.
Durasi yang terbatas dan kurangnya struktur kompetitif di NFL berarti bahwa para pemain kehilangan keuntungan dari musim liga yang lebih panjang dan ketat.
NFL berjuang untuk menarik minat publik dan gagal menghasilkan daya tarik yang signifikan.
Pada tahun 2007, NFL berganti nama menjadi I-League, memperkenalkan sistem promosi dan degradasi untuk meningkatkan daya saing.
Namun, masih menghadapi tantangan dalam mendapatkan popularitas yang luas.
Pada tahun 2010, AIFF bermitra dengan IMG Reliance untuk menarik investasi swasta ke sepak bola India, yang mengarah pada pembentukan Liga Super India (ISL) pada 21 Oktober 2013.
ISL diluncurkan dengan tujuan mengembangkan sepak bola di India dan meningkatkan eksposurnya. ISL, yang dimainkan selama enam bulan dengan 10 tim, bertujuan untuk membawa tingkat profesionalisme dan kegembiraan baru ke dalam sepak bola India. Meskipun mempunyai tujuan yang ambisius, ISL menghadapi serangkaian tantangannya sendiri.
Klub-klub tradisional pada awalnya menolak liga baru, yang menyebabkan periode ketegangan dan penyesuaian.
Selain itu, format ISL, dengan hanya 10 tim dan 22 pertandingan, membatasi jumlah permainan kompetitif bagi para pemain.
Meskipun ISL pada awalnya mendapatkan daya tarik dan membawa gelombang antusiasme baru terhadap sepak bola India, popularitasnya mulai berkurang seiring berjalannya waktu. Durasi liga yang singkat dan jumlah pertandingan yang terbatas membuat liga ini tidak dapat mempertahankan minat penonton dalam jangka panjang, dan transformasi yang diharapkan dari sepak bola India masih sulit dicapai.
Perkembangan Pemuda dan Kurangnya Sistem Akademi Terstruktur
Salah satu bidang penting di mana sepak bola India tertinggal adalah dalam pengembangan pemain muda. Tidak seperti banyak negara sepak bola yang sukses, India tidak memiliki sistem liga pemuda yang kuat untuk membina dan mengembangkan bakat-bakat muda.
Di negara-negara dengan tradisi sepak bola yang kuat, klub-klub diberi mandat untuk berinvestasi dalam sepak bola remaja, memastikan tersedianya pemain-pemain terampil yang dilatih sejak usia muda.
Sebaliknya, Liga Super India (ISL) tidak memiliki mandat serupa bagi klub-klubnya untuk berinvestasi dalam pengembangan pemuda. Hal ini mengakibatkan kesenjangan yang signifikan dalam pembinaan talenta muda. Sementara klub-klub asing sangat fokus pada akademi muda mereka, menyediakan pelatihan, fasilitas, dan pertandingan kompetitif yang diperlukan bagi para pemain muda, sepak bola India kesulitan untuk membangun sistem yang sebanding.
Tantangan Politik AIFF yang Terus Menerus
Federasi Sepak Bola Seluruh India (AIFF) telah lama terperosok dalam kekacauan politik dan keuangan. Pada tahun 2022, FIFA memberlakukan larangan terhadap AIFF karena adanya campur tangan pihak ketiga, khususnya keterlibatan Mahkamah Agung.
Intervensi ini diperlukan karena kegagalan Praful Patel, yang menjabat sebagai presiden AIFF selama 15 tahun, dalam menyelenggarakan pemilu tepat waktu.
Baru-baru ini, tepat sebelum dimulainya musim I-League 2024-25, beberapa klub mengancam akan memboikot liga tersebut, dengan alasan janji AIFF yang tidak terpenuhi terkait penyiaran pertandingan.
Meskipun kinerjanya mengecewakan dan permasalahan yang terus terjadi, AIFF belum mengambil tanggung jawab moral, dan presiden saat ini belum mengundurkan diri. Kurangnya akuntabilitas dan keengganan untuk mengatasi permasalahan yang mengakar di federasi terus menghambat pertumbuhan dan perkembangan sepak bola di India.
Konflik internal yang berkepanjangan telah membuat banyak pemangku kepentingan kecewa, sehingga semakin memperburuk tantangan yang dihadapi olahraga di negara ini.
Perombakan Strategis: Jalan untuk Menghidupkan Kembali Sepak Bola India
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, AIFF harus mengambil akuntabilitas dan mengatasi permasalahan ini secara langsung. Sebuah langkah signifikan ke arah yang benar adalah restrukturisasi sistem liga nasional baru-baru ini. AIFF telah memperkenalkan struktur kompetisi empat tingkat putra yang komprehensif kepada para pemangku kepentingan, yang bertujuan untuk menyederhanakan dan meningkatkan ekosistem sepak bola di India.
Struktur baru ini meliputi:
Tingkat 1: Liga Super India (ISL)
Tingkat 2: I-League, IL2, dan IL3
Tingkat 3: Liga Negara Unggulan Baru (Model Waralaba)
Tingkat 4: Liga Negara Bagian yang Ada
Rencananya melibatkan konsolidasi ISL, Liga I, IL2, dan IL3 secara bertahap menjadi dua atau tiga
liga nasional yang diperluas.
Selain itu, Liga Negara Bagian Unggulan akan diujicobakan di 12 negara bagian dengan aktivitas sepak bola tinggi, dimulai dengan enam tim dan berkembang menjadi sepuluh tim pada tahun 2030.
Liga-liga ini akan berakhir pada bulan Desember, yang mengarah ke Kualifikasi ISL/I-League pada bulan Januari.
Selain itu, klub harus memprioritaskan pengembangan talenta muda melalui akademi muda yang berdedikasi.
Dengan berinvestasi pada program akar rumput dan membina pemain muda, klub dapat membangun fondasi yang kuat untuk masa depan.
Akademi-akademi ini harus fokus pada penyediaan pelatihan, pendidikan, dan dukungan berkualitas tinggi kepada para atlet muda, memastikan mereka memiliki keterampilan dan peluang untuk sukses di tingkat yang lebih tinggi. Selain itu, harus ada perubahan kepemimpinan di AIFF. Mendatangkan individu baru dengan ide dan perspektif segar dapat membantu mendorong inovasi dan perubahan positif.
Sebagai penggemar, kami selalu ingin melihat sepak bola India sukses dan mencapai potensi maksimalnya. Perjalanan ke depan memang penuh tantangan, namun dengan reformasi yang tepat dan upaya kolektif dari seluruh pemangku kepentingan, sepak bola India dapat mencapai tingkatan baru.
Jadwal pertadingan malam ini
Situs berita olahraga khusus sepak bola adalah platform digital yang fokus menyajikan informasi, berita, dan analisis terkait dunia sepak bola. Sering menyajikan liputan mendalam tentang liga-liga utama dunia seperti Liga Inggris, La Liga, Serie A, Bundesliga, dan kompetisi internasional seperti Liga Champions serta Piala Dunia. Anda juga bisa menemukan opini ahli, highlight video, hingga berita terkini mengenai perkembangan dalam sepak bola.